Terima kasih anda telah mengunjungi blog Yayasan Maraqitta'limat***Info Yayasan Maraqitta'limat bisa dilihat di yamtia.wordpress.com***Pemondokan jamaah haji tahun ini paling jauh 4 km dari masjidil harom***Pelajar di Makkah Mukarromah siap membantu jamaah hajji selama berada di Makkah Mukarromah***Para Relawan siap kembali dikirim ke Gaza

Sabtu, 12 Juni 2010

Sejarah Hidup TGHM. Zainuddin Arsyad (Bagian 1)

Oleh : Adlan Mamnun *)

Masa Kecil
TGH. Muhammad Zainuddin Arsyad lahir sekitar tahun 1912 di Desa Mamben Lauq, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur-NTB. Ayah beliau bernama TGH. Arsyad, yang saat itu menjadi penghulu (tokoh agama. Dan ibunya bernama Inaq Makenun. Kehidupan keluarga beliu cukup sederhana dan agamis.

Seperti kebanyakan anak lainnya, beliu tumbuh dan berkembang secara wajar. Dari masa kanak-kanak, Zainuddin kecil dalam pergaulannya sehari-hari selalu mencerminkan sifat-sifat terpuji, hormat terhadap orang yang lebih tua, dan sopan kepada sesama. Tidak heran, ketika masa kecilnya banyak orang yang saying pada dirinya.

Karena mendapat pendidikan agama sejak dini, membuat sifat dan sikap kepemimpinannya sudah mulai nampak terutama dalam pergaunlannya sehari-hari, sesuai dengan ajaran agama Islam yang diyakini kebenarannya.

Menjadi Anak Angkat
Ketika usia Zainuddin menginjak empat tahun, beliu diasuh oleh Amak Ismail dan Inaq Isah yang sekaligus sebagai orang tua angkatnya. Karena pada saat itu, kedua pasangan ini, belum dikaruniai seorang anak. Kendati demikian, Zainuddin kecil sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

Kendati berada dalam buaian dan belaian kasih sayang orang tua angkat, tidak serta merta beliu di lepas begitu saja oleh TGH. Arsyad. Dengan penuh rasa kasih sayang, beliu dididik dengan ajaran agama. Sehingga orang tua beliu perperan ganda, yaitu disatu sisi sebagai orang tua, dan disisi lain sebagai sosok guru yang sangat dihormati.

Mendapat pendidikan dari sang ayah yang cukup disiplin, membuah sosok Zainuddin kecil cukup cerdas, jujur, rendah hati baik budi pekertinya dan semakin nampak jiwa kepemimpinannya, walaupun diusia yang masih belia.

Menuntut Ilmu ke Negeri Makkah
Ketika Zainuddin menginjak usia 6 tahun, atau sekitar tahun 1920, sang ayah dan bunda memutuskan untuk mengirim anaknya ke Makkah Al-Mukarromah untuk menuntut ilmu agama. Keberangkatan beliu menuju Makkah didampingi oleh ayahanda TGH. Arsyad, Konon, beliu sempat digendong oleh orang tuanya ketika berangkat. Setelah mendapat pondokan di Makkah, barulah sang ayah kembali ke tanah air.

Di usia 6 tahun dan tinggal bersama orang-orang yang belum begitu dikenalnya, hidup jauh dari kampung halaman, sanak dan saudara, merupakan sebuah pengalaman yang cukup berharga. Pada masa usia belia seperti itu, sebenarnya masih membutuhkan bimbingan dan dampingan dari orang tua. Namun berbada dengan Zainuddin, masa-masa senangnya bermain harus berpisah sementara dengan semua orang yang dicintainya.

Di Makkah Al-Mukarromah beliu mondok di rumah salah seorang Syeikh Ali Mukminah dan menuntut ilmu di Madrasah Darul Ulum. Salah seorang guru beliau adalah Syeikh Muhammad Basuni Asy-Syafi’I, yang masih keturunan silsilah dari Imam Syafi’i. Berket ketekunan dan keuletannya menuntut ilmu, sehingga diusianya yang masih katagori belia itu mampu menghafal 30 juz Al-Qur’anul karim. (bersambung….)

*)Penulis adalah Pimpinan Cabang Yayasan Maraqitta’limat Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Editor: M.Syairi (Wartawan Suara Komunitas.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar