Terima kasih anda telah mengunjungi blog Yayasan Maraqitta'limat***Info Yayasan Maraqitta'limat bisa dilihat di yamtia.wordpress.com***Pemondokan jamaah haji tahun ini paling jauh 4 km dari masjidil harom***Pelajar di Makkah Mukarromah siap membantu jamaah hajji selama berada di Makkah Mukarromah***Para Relawan siap kembali dikirim ke Gaza

Sabtu, 17 Juli 2010

Sahlan Rafiqi : Masjid Tidak Perlu Dibongkar

Yamtia, Makkah Mukarromah,-
MENYUSUL adanya perubahan arah kiblat sebagaimana fatwa MUI pusat, masjid-masjid yang sudah dibangun dan tidak sesuai arah kiblat, tidak perlu dibongkar. Cukup dengan memperbaiki shafnya.
Hal tersebut diungkapkan pelajar di Makkah Mukarromah asal NTB, H. Sahlan Rafiqi ketika diminta tanggapannya oleh MTZone Jumat (16/7) kemarin soal perubahan arah kiblat. Masyarakat pada prinsipnya tidak perlu resah. Diakuinya, sebagai provinsi yang dikenal dengan daerah seribu masjid, persoalan arah kiblat memang menjadi perhatian serius masyarakat. Menurut Sahlan Rafiqi yang juga cucu pendiri Yayasan Maraqitta’limat ini , untuk NTB arah kiblat tidak berbeda jauh, juga ke arah barat laut.
Sebagai daerah seribu masjid Sahlan Rafiqi menilai tidak semua masjid yang bangunan harus diubah menyusul keluarnya fatwa MUI ini. Diyakini, masjid-masjid yang ada sudah sebagian besar dibangun mengikuti pola penentuan modern. “Rata-rata sekarang membangun masjid menggunakan kompas,” imbuhnya.
Diketahui, kiblat bagi umat Islam yang salat di Masjidil Haram Mekkah ialah mengadap ke bangunan Ka’bah. Sementara kiblat bagi orang bersalat yang tidak dapat melihat Ka’bah yakni ke arah Ka’bah (jihat al-Kaabah). Beberapa laporan menyebutkan, perkiraan para ahli Falaq menyatakan kiblat saat ini banyak menghadap ke Afrika, ke arah Somalia, Kenya dan Tanzania.
“Masyarakat tidak perlu khawatir khususnya yang ada di Pulau Lombok. Tidak perlu membongkar masjid.cukup arah sajadahnya yang dirubah. Karena kalau membongkar masjid itu biayanya banyak.”ungkapnya.

Minggu, 11 Juli 2010

Amin Djamaluddin: Ajaran ESQ Ary Ginanjar tentang Asma Allah Jelas Menyimpang

RAMAINYA kontroversi ESQ Model Ary Ginanjar Agustian setelah difatwa sesat oleh Mufti Malaysia, tak luput dari perhatian H Amin Djamaluddin. Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini memang telah menjadi rujukan informasi berbagai aliran dan paham sesat di Indonesia. Hampir setiap aliran sesat yang merebak di nusantara, Aminlah yang menjadi saksi ketika kasusnya disidang di pengadilan.

Bulan lalu, tepatnya 1 Juni 2010 tokoh bersahaja yang akrab disapa Pak Amin menjadi saksi ahli dalam sidang penodaan agama yang dilakukan oleh aliran sesat Surga Eden Cirebon, Jawa Barat. Aliran Surga Eden yang dipimpin oleh Nabi Palsu Tantowi ini divonis sesat karena ajarannya menyimpang dari Islam, antara lain: pimpinannya, Ahmad Tantowi mengaku sebagai Tuhan semesta alam yang menjanjikan surga bagi pengikut wanitanya dengan satu syarat: mau ML (bersetubuh) dengannya. Sebagai tuhan sekte, Tantowi melarang pengikutnya mengamalkan syariat agama Islam, seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan, dan mengaji Al-Qur’an.

Ditemui wartawan voa-islam.com, Kamis malam (8/7/2010) di kantor Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) kawasan Tambak, Jakarta Pusat, pakar dan pemerhati aliran sesat ini bicara blak-blakan tentang ESQ. Dengan bahasa yang gamblang, tanpa tedeng aling-aling, Pak Amin yang juga pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Pusat ini menyatakan penyimpangan ajaran ESQ Ary Ginanjar dalam buku resmi ESQ. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana tanggapan Pak Amin tentang kontroversi ESQ Ary Ginanjar.

Bagi saya, setelah membaca buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ” yang ditulis oleh Ary Ginanjar, pemahaman tentang Asmaul Husna itu jelas sangat menyimpang.

Sebab dalam ayat itu kan disebutkan “walillahil asmaa`ul Husna fad’uuhu bihaa.” Begitu perintah Allah dalam Al-Qur'an. Terjemahan Depag disebutkan, “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu.”

Di situ ada kata “hanya.” Asmaul Husna itu hanya milik Allah. Kita diperintahkan “fad’uhu biha” bermohonlah kepadanya dengan menyebut Asmaul Husna itu, yaitu berdoa dengan menyeru: Ya Allah, ya Rahman, ya Ghaffar, dan seterusnya.

Tapi Asmaul Husna dalam buku ESQ diartikan menyimpang. Misalnya “Al-Majid” diartikan saya bersifat mulia. “Al-Majid”nya Allah diartikan Ary Ginanjar dengan makna “saya bersifat mulia.” Mengaku sebagai orang yang mulia itu adalah sifat yang angkuh dan sombong. Kalau orang lain yang menilai kita mulia, itu ndak masalah. Tapi kalau kita sendiri yang mengaku mulia, ini kan pengakuan yang angkuh dan sombong.

Contoh lainnya, Asmaul Husna “Huwal awwalu wal-akhir” diartikan menjadi “saya bersikap selalu menjadi orang pertama dan terakhir.” Ayat “Huwal awwalu wal-akhir” itu disamakan dengan kita.

Tidak bisa manusia masuk menyerupai asma Allah, kekuasaan Allah, kebesaran Allah, dan Rahman Rahimnya Allah. Tidak bisa! Jangan dibandingkan manusia dengan Allah. Apa sih artinya manusia, kok dibandingkan dengan kebesarannya Allah?

Apa saja yang dinilai menyimpang dalam buku ESQ tersebut?

Menurut saya, kesalahan yang paling mendasar dalam buku ESQ ini adalah penyimpangan makna Asmaul Husna, karena ini adalah kunci dan inti buku ini. Dalam buku ini, masalah Asmaul Husna merupakan kesimpulan akhir.

Asmaul Husna “Al-Muqsith” diartikan saya adil dalam menghukum. Bagaimana mungkin menyamakan keadilan Allah dengan keadilan manusia?

Ini adalah penyimpangan yang ingin menyaingi Allah SWT. Sama kayak HMA Bijak Bestari yang dulu sering tampil di televisi tiap Sabtu mengobati orang. Bijak Bestari mengaku dirinya tuhan tertinggi di atas Allahu Akbar. Allahu Akbar setingkat di bawah dia. Hampir sama ESQ dengan HMA Bijak Bestari.

...kesalahan yang paling mendasar dalam buku ESQ ini adalah penyimpangan makna Asmaul Husna. Ini adalah penyimpangan yang ingin menyaingi Allah SWT...

Bagaimana dengan doktrin ESQ Ary Ginanjar yang menjadikan suara hati sebagai sumber utama kebenaran?

Dalam buku tersebut Ary Ginanjar menulis imbauan: “Pergunakanlah suara hati anda yang terdalam sebagai sumber kebenaran, yang merupakan karunia Tuhan” (Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ, hal. liv).

Ini tidak benar. Tidak ada ukuran kebenaran dengan suara hati. Manusia tidak bisa menemukan kebenaran kalau mengikuti suara hati. Karena kebenaran itu hanya dari Allah dan Rasul-Nya. Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 147 Allah menyatakan: “Al-haqqu min robbika.” Kebenaran itu hanya dari Allah. Jadi tidak ada jaminan kebenaran berdasarkan suara hati.

Apa sih artinya suara hati? Kebenaran menurut Islam, sumbernya adalah qolalloh dan qola rosululloh (apa kata Allah dan Rasulnya, red.). Jangan jadikan suara hati sebagai sumber kebenaran, karena setan bisa mengendalikan hati.

Apa ukurannya, rumusannya apa kalau suara hati dijadikan kebenaran? Karena suara hati setiap orang itu berbeda-beda. Jangan coba-coba jadikan suara hati sebagai sumber kebenaran!

...ESQ tidak benar. Manusia tidak bisa menemukan kebenaran kalau mengikuti suara hati. Karena kebenaran itu hanya dari Allah dan Rasul-Nya. Jadi tidak ada jaminan kebenaran berdasarkan suara hati...

Tapi menurut Ary Ginanjar, Nabi Muhammad adalah pemimpin yang mengandalkan logika dan suara hati.

Tidak benar! Rasulullah itu bertindak sesuai dengan petunjuk dan wahyu Allah. Rasulullah itu tidak menggunakan suara hati, tapi dibimbing wahyu.

Rasulullah pernah memakai sepatu (khuf). Ketika bersuci, Rasulullah mengusap bagian atas sepatu. Padahal menurut logika, seharusnya yang diusap (dibersihkan) adalah bagian bawah sepatu, karena yang kotor adalah bagian bawah sepatu. Makanya dalam hadits Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

“Seandainya agama itu dengan akal niscaya yang lebih pantas diusap adalah bagian bawah khuf daripada bagian atasnya. Sungguh aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap di atas kedua khufnya.”

Agama adalah wahyu, bukan logika dan suara hati. Logika dan suara hati setiap manusia itu tidak sama.

...Agama adalah wahyu, bukan logika dan suara hati. Logika dan suara hati setiap manusia itu tidak sama...

Bagaimana dengan klaim Ary Ginanjar bahwa mukjizat Nabi itu tidak bisa diterima dengan akal?

Masuk akal atau tidak, mukjizat Nabi itu harus kita terima dengan iman. Karena mukjizat itu memang tidak bisa diterima oleh akal. Tapi iman bisa menerimanya. Jangan menolak mukjizat meskipun akal tidak bisa menerimanya.

Makanya kayak aliran Isa Bugis yang menolak mukjizat karena dianggap tidak sesuai dengan akal pikiran.

...Jangan menolak mukjizat meskipun akal tidak bisa menerimanya, kayak aliran Isa Bugis yang menolak mukjizat karena dianggap tidak sesuai dengan akal pikiran...

Apa sikap Pak Amin terhadap para tokoh Islam yang mendukung ESQ?

Saya akan temui MUI dan Dewan Dakwah yang mendukung ESQ Ary Ginanjar. Juga kepada orang Depag yang membela ESQ akan saya temui, akan saya jelaskan masalah ini.

Ini menegakkan aqidah. Ini bukan soal Malaysia atau Indonesia, tapi masalah aqidah. Masalah aqidah tidak terbatas wilayah negara. Orang kok diajak supaya menjadi seperti sifatnya Allah, ini tidak benar.

Asma Allah “Al-Majid” diartikan Ary Ginanjar dengan makna “saya bersifat mulia.” Hanya iblis saja yang punya prinsip “ana khairun minhum” (aku lebih baik, red.) itu.

Karena ini masalah akidah, siapapun yang bertanya akan saya jelaskan bahwa ESQ ini menyimpang.

...Hanya iblis saja yang punya prinsip “ana khairun minhum” (aku lebih baik)...

Apa imbauan Pak Amin untuk ESQ Ary Ginanjar?

Saya berharap agar dia kembali kepada kebenaran, mudah-mudahan dalam hal ini hanya khilaf karena kurangnya pemahaman tentang agama. Mudah-mudahan sadar kembali kepada kebenaran, dan mau mengakui kesalahannya. Namanya manusia itu bisa saja salah. Kita bukan cari ribut, tapi kalau dia tetap bertahan, ya akan jadi masalah nanti. Rujuklah kepada al-haqq. [taz, zak/voa-islam.com]

Sabtu, 10 Juli 2010

Menelusuri Jejak Dakwah TGH.M. Zainuddin Arsyad (Bag 4)

Berdagang
Bila ditelusuri lebih jauh tentang pola kehidupan TGH.M. Zainuddin Arsyad, tentu kita akan berdecak kagum. Sederhana dan bersahaja, demikianlah yang tampak pada sosok Tuan Guru Sufi ini. Kesederhanaan itu dapat dilihat dalam menjalankan misi dakwahnya. Di satu sisi, beliau adalah da’I, tapi disisi lain, beliau adalah seorang pedagang keliling dari satu kampung ke kampung lainnya.

H. Hasan Nasrin, salah seorang tokoh Maraqitta’limat Kecamatan Bayan menuturkan, berdagang yang dilakukan oleh TGH.M.Zainuddin Arsyad, bukan sebagai tujuan utama, namun itu merupakan sebuah alat untuk berda’wah di tengah-tengah masyarakat.

Dagangan yang dibawa setiap kali menjalankan misi dakwahnya adalah, garam, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabe, kapuk dan pakaian. Barang dagangan ini diambil dari mitra usahanya untuk dibawa keliling, mulai dari labuhan Lombok, Sambelia, Belanting, Obel-Obel, Bayan, Santong, Panggung, Sidutan hingga ke Sembalun.

Barang dagangannya kerap kali ditukar dengan hasil-hasil bumi para petani. Kegiatan berdakwah sambil berdagang terus dilakukan, sehingga di beberapa tempat didirikan musalla, masjid atau madrasah, sebagai tempat membina umat.

H. Lalu Akar, mantan pengurus Yayasan Maraqitta’limat mengatakan, bahwa sekitar tahun 1941, beliau sudah mulai masuk ke Dayan Gunung atau sekarang sudah menjadi sebuah kabupaten baru yaitu Lombok Utara.

Kedatangan beliu pertama kali di Bayan, disambut oleh Endi Abdul Gani, salah seorang keturunan Bugis-Makasar yang tinggal di Desa Sukadana Kecamatan Bayan. Konon pertemuan beliau dengan Endi Abdul Gani tanpa disengaja ketika sedang berdagang di Dusun Panggung Desa Selengen.

Kebetulan pada saat itu, TGH.M. Zainuddin Arsyad menjual garam, sementara Endi Abdul Gani sebagai pembeli. Di saat terjada tawar menawar harga garam, Endi Abdul Gani mengaku heran, karena sang si penjual (TGH.M. Zainuddin Arsyad-pen) bukan menawarkan dengan harga tinggi, namun malah sebaliknya.

Karena kejadian tersebut, pembicaraan antara pedagang dan pembeli inipun berlanjut dan saling memperkenalkan diri. Endi Abdul Gani pun mengajak beliu ke rumahnya di Gubug Bangsal-Telaga Begek Desa Sukadana.

Sikap sopan dan rendah hati, bertutur bijaksana dan bertingkah santun. Inilah ditunjukkan ketika bertamu di rumah Endi Abdul Gani, membuat sang pemilik rumah semakin kagum, dan persahabatan mereka berduapun berlanjut. Demikian juga dengan hubungan kegiatan jual beli terus terjalin. Bak gayung bersambut, dari rumah sahabatnya inilah, beliau mulai lakukan dakwah Islam, yang lambat laun terus mengalami kemajuan.

Dan bila waktu sholat tiba, tidak lupa, beliau mengajak sahabatnya untuk menunaikan sholat secara berjama’ah, disebuah masjid kecil dan sederhana, yaitu masjid Panji Islam, yang dibangun orang Endi Abdurrahman yang berasal dari Pulau Sumbawa.

Berdakwah Dari Rumah ke Rumah

Persahabatan yang terjalin antara kedua hamba Allah (TGH.M. Zainuddin Arsyad dan Endi Abdul Gani-pen) semakin hari semakin erat. Dan setiap kali beliu datang, selalu diminta untuk memberikan sekedar ceramah agama. Namun demikian, sang sahabat Endi Abdul Gani, sedikitpun tidak tau, bahwa yang sering datang bertamu ke rumahnya adalah salah seorang ulama Sufi yang telah lama menempa ilmu di negeri Makkah Al-Mukarromah.

Setelah masing-masing menceritakan sejarah hidupnya, barulah Endi Abdul Gani, yang ketika itu sebagai kepala kampong (matua) menyadari bahwa, sahabatnya itu adalah orang yang memiliki ilmu agama yang mumpuni, dan patut sebagai tempat belajar memperdalam ilmu agama Islam.

Tidak heran, bila kedatangan sang shabat karibnya yang tiada lain adalah TGH. M. Zainuddin Arsyad selalu ditunggu-tunggu oleh Endi Abdul Gani bersama jama’ah lainnya. Kedatangan beliau tidak pernah disia-siakan. Endi Abdul Ganipun menyarankan kepada TGH. M. Zainuddin Arsyad, untuk sementara kegiatan dakwah dilakukan dari rumah ke rumah, atau menghindario berdakwah di tempat umum seperti masjid ataupun musalla.

Saran ini dikemukakan bukan tanpa alasan, namun karena mengingat kondisi masyarakat pada saat itu masih memliki keyakinan yang kuat khususnya tentang adat-istiadat Wetu Telu. Saran dan masukan dari sahabatnya inipun diterima.

Dalam menjalankan dakwahnya, Endi Abdul Gani selalu membantu beliau untuk mendatangi warga sambil membawa dagangannya. Bahkan, TGH.M. Zainuddin seringkali menginap di sebuah kampung Bugis di Labuhan Carik Desa Anyar. Dan ditempat terdapat sebuah Sekolah Rakyat (SR).

Labuhan carik tempat beliu bermukim, memiliki sejarah tersendiri, yang konon pada saat penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para Wali Songo, ditempat inilah berlabuhnya kapal mereka.

Sementara kegiatan dakwah di wilayah Panggung Desa Selengen dan sekitarnya dilakukan secara terus menerus, sehingga didirikanlah sebuah musalla pertama di dusun tersebut, sebagai tempat untuk mengumpulkan jama’ah yang mau belajar ilmu agama.

Lalu Hasan BA, salah seorang mantan camat Bayan menuturkan, kegiatan dakwah Islam yang dilakukan oleh TGH. M. Zainuddin Arsyad, khususnya di Dayan Gunung, pada masa kedistrikan Raden Kertapati.

Melihat dakwah Islam semakin berkembang di Bayan, membuat sebagian masyarakat menaruh rasa dendam, bahkan mengalami tekanan dari masyarakat sekitar. Ini terjadi, karena sebagian masyarakat menilai, dengan berkembangnya dakwah Islam di Bayan, akan dapat merusak keyakinan terutama tentang adat-istiadat yang diwariskan dari nenek moyang mereka. Padahal pada faktanya, selama melakukan misi dakwah di Bayan, sedikitpun tidak pernah terdengar kabar, kalau dirinya menyinggung persoalan adat-istiadat.

Salah satu bentuk tekanan yang dilakukan oleh sebagian mereka adalah memutuskan hubungan jual-beli barang. Dan inilah salah satu cara menghentikan dakwahnya. Hal ini terjadi bukan saja terhadap dirinya, namun juga terhadap pengusaha yang berasal dan Mamben-Lombok Timur.

Tekanan seperti ini tidak berlangsung lama, karena pada akhirnya masyarakat setempat menyadari, bahwa TGH. M. Zainuddin Arsyad dalam berdakwah tidak pernah menyinggung masalah adat-istiadat yang berkembang di masyarakat.

Kegiatan dakwah yang dijalankan oleh Ulama Sufi yang memiliki enam orang putra ini, tampaknya membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Demikian juga dengan klegiatan yang dilakukan di Sembalun Lawang dan Bumbung, yang masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan masyarakat di Bayan kala itu.

Di Sembalun, ketika beliau datang untuk berdakwah sangat jarang ditemukan masyarakatnya yang menjalankan ibadah sholat lima waktu. Kondisi ini tidak menyurutkan semangat perjuangannya dalam mendakwahkan ajaran Islam yang sempurna. Melalui pendekatan jual-beli barang, sang Tuan Guru muda ini sedikit demi sedikit memberikan pelajaran kepada setiap orang yang ditemuinya di Sembalun.

Awalnya, memang banyak menolak ketika diajak menunaikan sholat dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan tidak memilki pakaian, dan ada juga yang memang benar-benar tidak mengetahui tata cara melaksanakan ibadah shalat.

Memberikan sesuatu kepada orang yang membutuhkan merupakan perbuatan amal yang sangat mulia. Inilah yang ditunjukkan oleh TGH. M. Zainuddin Arsyad. Bagi masyarakat yang beralasan tidak memiliki pakaian, diberikan secara cuma-cuma asalkan mereka mau mengerjakan sholat. Dan bagi mereka yang belum mengerti cara beribadah, beliau ajarkan dengan penuh lemah-lembut dan sabar, sampai orang tersebut bisa beribadah.

Perjalanan dakwah beliau ke berbagai pelosok wilayah terpencil, bukan berjalan mulus, namun penuh dengan tantangan, dari orang-orang yang memang tidak suka terhadap ajaran Islam yang kaffah. Bahkan ada juga yang melempari dan ingin membunuhnya.

Sekali melangkah kedepan, pantang untuk mundur ke belakang. Itulah mungkin salah satu tekad beliau dalam menyebarkan kebenaran yang datangnya dari Allah SWT. Tantangan dan rintangan dijadikan sebuah pelajaran berharga sekaligus menguatkan tekad dan semangat dalam mensyi’arkan Islam.

Berkat kegigihannya berdakwah, sehingga menghasilkan kader-kader yang mumpuni dibidangnya. Kegiatan dakwah ini dilakukan mulai dari Desa Mamben Lauq dan Mamben Daya, Sembalun, Sajang, Sambelia, Obel-Obel, Bayan sampai Bongor Lombok Barat serta desa-desa lainnya.

Menurut penuturan salah seorang jamaah Yayasan Maraqitta’limat Bayan, TGH.M.Zainuddin Arsyad adalah salah seorang ulama yang santun dan penyabar. Bahkan beliau sering memberikan pinjaman uang kepada msyarakat yang membutuhkan. Beliau tidak segan-segan membebaskan hutang kepada seseorang apabila orang tersebut mau menjalankan syariat islam sepenuhnya. Melihat akhlak beliau yang seperti itulah akhirnya banyak masyarakat berbondong-bondong m,enyatakan diri masuk ke dalam agama islam. Di mana beliau singgah melakukan misi dakwah, disitulah beliau mendirikan madrasah-madrasah sebagai tempat mengaji bagi masyarakat. (bersambung......)

STKIP Hamzar Mulai Beroprasi

Lombok Utara,Sekolah Tinggi Kejuruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Hamzar yang terletak di Kabupaten Lombok Utara, sejak Juli 2010 mulai beroprasi.
Untuk mengawali langkahnya, pengelola STKIP Hamzar membuka pendaftaran penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2010, dengan program S-1 PGSD dan PGPAUD.
Yang menjadi visi SKIP Hamzar yaitu menyiapkan tenaga pendidik yang layak dan berakhlak dengan Tri Daharma Perguruan Tinggi. Sementara misinya yakni mewujudkan ST yang memadai dan lulusannya dapat bersaing dengan Perguruan Tinggi lainnya; meningkatkan tenaga didik dilingkungan pendidikan nasional, sehingga kedepan lulusan dari STKIP Hamzar dapat menjadi tenaga didik yang layak sesuai bidangnya masing-masing.
Selain itu, STKIP Hamzar juga akan terus menjalin kerjasama dengan pemerintah, pemerhati pendidikan dalam memasyarakatkan tri dharma perguruan tinggi.
Cikal bakal berdirinya, STKIP Hamzar, semenjak pendiri yayasan Maraqitta’limat, TGH.M. Zainuddin Arsyad masih hidup. Hal itu ditunjukkan dengan didirikannya puluhan lembaga pendidikan di Kabupaten Lombok Utara oleh beliau. Dan untuk mewujudkan cita-cita tersebut, pada tahun 2004, sejumlah tokoh masyarakat dan akademisi bekerjasama mendorong terbentuknya lembaga pendidikan tinggi yang bernaung di Yayasan Maraqitta’limat pimpinan TGH. Hazmi Hamzar.
Pada tanggal 15 Februari 2004, yayasan Maraqitta’limat mendirikan sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Hamzar yang berkejasama dengan PTS terakreditasi dalam bentuk MOU, dan telah mewisuda mahasiswanya sebanyak lima kali.
Setelah PTS ini sukses, yayasan Maraqitta’limat, kembali mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Hamzar yang berlokasi di Desa Mamben Daya Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. STIKES inipun sudah memperoleh ijin Mediknas No. 36/D/)/2009 dan ijin Depkes RI, No. HK.03.05/1/4/4953/2008 dengan membuka dua program studi S-1 Keperawatan dan DIII Kebidanan.
Sesuai dengan program Yayasan Maraqitta’limat yang ingin menciptakan satu rumah satu sarjana, maka kembali didirikan STIKP Hamzar yang letaknya di Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Tentu saja keberdaan STKIP ini disambut antusias oleh masyarakat, karena mengingat kabuapaten Lombok Utara adalah sebuah kabupaten pemekaran baru.
Untuk mengawali langkah pendiriannya, pejabat bupati Lombok Utara melalui Dikbudpora mengeluarkan rekomendasi tanggal 12 Agustus 2009, nomor: 421.4/643/Dikbudpora, dan disusul dengan ijin penerimaan mahasiswa baru setelah dilakukan visitasi oleh lembaga berwenang, dalam hal ini Dirjen Dikti.

Sabtu, 03 Juli 2010

SMAN I Bayan wakili NTB Olimpiade Sience di Medan

Lombok Utara – Meski SMAN I Bayan Kabupaten Lombok Utara berada paling ujung bahkan dapat dikatakan paling jauh dari pusat ibu kota Kabupaten namun bukan mejadi kenda untuk mengukir prestasi. Terbukti salah satu siswa SMAN I Bayan, KLU, M. Hasbiollah (16) akan mewakili provinsi NTB dalam ajang olimpiade Sience 2010 untuk mata pelajaran Matematika yang akan berlangsung di kota Medan tanggal 1 hingga 7 Agsutus 2010 mendatang. selain Lombok Utara yang akan mejadi duta Provinsi NTB dalam olimpiade tersebut yaitu Kota Mataram, Sumbawa Barat dan Lombok Timur juga akan berjuang membawa nama harum NTB di bidang mata pelajaran Fisika, Biologi dan Komputer.

Adenan Spd, Mpd (Kepala SMAN 1 Bayan)Allhamdulillah kita di percaya untuk mewakili NTB dalam olimpiade Sience yang akan berlangsung di Medan bulan Agsustus mendatang, kita akan masuk dalam mata pelajaran Matematika, sedangkan 3 mata pelajaran lainnya akan di pegang oleh Kota Mataram, Lombok Timur dan Sumbawa Barat, “ tutur Kepala SMAN I Bayan, KLU, Adnan, S.Pd, MPD saat di temui Suara Komunitas di ruang kerjanya Senin 28 Juni 2010.

Saat ini kita rutin memberikan pembekalan dan persiapan diantaranya mempelajari atau pun mengumpulkan soal-soal olimpiade tahun lalu selain juga kita mengakses langsung melalui internet semua soal yang berakitan dengan olimpiade, selanjutnya pembekalan dan pendampingan akan di lakukan oleh pihak provinsi, “ jelas Adnan.
Lebih lanjut ia juga memamparkan, saat ini SMAN I Bayan Masuk dalam rintisan pendidikan berbasis keunggulan lokal, adapun materi yang sedang di terapkan yakni kaitannya dengan budaya salah satunya tari tradisonal Gegeruk Tandak, tarian ini pada zaman dulu kala di gunakan untuk mengsusir binatang buas di kebun atau pun di ladang. Untuk materi ini kita melibatkan langsung tokoh budaya yang ada di Kecamatan Bayan. Selain di bidang budaya, tahun depan kita juga akan mengembangkan ketrampilan dalam pengolahan bahan lokal salah satunya mente, mulai dari biji mente sebagai snack atau camilan, air yang terkandung dalam buah mente sebagai syirup, sedangkan daging mente akan di olah menjadi abon, “paparnya.

Kita berharap kedepannnya ada lagi siswa-siswi SMAN I Bayan khsusunya yang mampu mengukir prestasi yang dapat membawa nama baik sekolah dan Kabaupten Lombok Utara umumnya, support dan dukungan dari smeua pihak, baik pemerintah dan pihak terkait lainnya tentu akan sangat mendukung tercapainya semua cita-cita ini, “ tambahnya berharap. (Adam Gita Swara FM)

STKIP Hamzar Tunggu Izin Penerimaan Mahasiswa


Lombok Utara - Sekolah Tinggi Kejuruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Hamzar, yang terletak di Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, masih menunggu izin penerimaan mahasiswa baru dari Direktorat Kementerian (Dikti) Depdiknas pusat.

Demikian diungkapkan H. Mashal SH.MM, ketua lembaga perguruan tinggi Hamzar senin sore 28/6, didepan puluhan pengurus STKIP Hamzar di gedung MI Maraqitta’limat Dusun Lekok Aur Desa Karang Bajo.

Sesuai informasi yang diterima, izin penerimaan mahasiswa baru akan keluar pada bulan Juli 2010. Kendati izin belum keluar, jumlah mahasiswa yang menyatakan siap mendaftar mencapi 40 orang lebih. Namun pihaknya belum bisa membuka pendaftaran sebelum izin STKIP Hamzar diterima. “Semua persyaratan sudah kami ajukan ke pihak Dikti Depdiknas Pusat, dan Insya Allah surat izin penerimaan mahasiswa baru akan keluar bulan juli ini”, tutur H. Mashal yang juga salah seorang pengurus pusat yayasan Maraqitta’limat NTB.

Dalam waktu dekat, pihaknya akan bertemu dengan para calon mahasiswa baru STKIP Hamzar untuk menjelaskan proses perizinan, dan akan dilanjutkan dengan pertemuan para dosen yang sudah siap mengajar, termasuk beberapa dosen dari Universitas Mataram (Unram).
“Dan bila izin penerimaan mahasiswa baru keluar, kami akan publikasikan baik melalui media cetak maupun elektronik, dan nantinya STKIP Hamzar termasuk satu-satunya perguruan tinggi induk di Kabupaten Lombok Utara”, jelasnya.

Sementara jurusan yang akan dibuka PGSD dan PAUD dengan dua katagori mahasiswa yaitu mahasiswa murni dan mahasiswa transfer.”Para pengurus STKIP sudah saatnya mendata mahasiswa baru, karena begitu izin keluar kita akan langsung membuka perkuliahan. Dan aturan sekarang, yang lebih dulu keluar adalah izin penerimaaan mahasiswa baru, dan setelah itu akan dilakukan evaluasi selama enam bulan, jika dinilai layak, maka izin oprasionalpun akan dikeluarkan oleh instansi terkait”, pungkasnya.

Kamis, 24 Juni 2010

PNPM Generasi Bantu MTs-MT

Lombok Utara - Keberadaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Generasi Sehat dan Cerdas, disambut antusias oleh para pengurus lembaga pendidikan swasta. Karena disamping membantu untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil dan balita, juga membantu lembaga pendidikan, baik untuk pembangunan gedung, bea siswa maupun honor guru swasta

Kegembiraan ini tampak diraut wajah Hamdan, Kepala Madrasah Tsanawiyah Maraqitta'limat (MTs-MT) Dusun Lenggorong Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan kabupaten Lombok Utara, yang menerima bantuan pembangunan satu ruang belajar sebesar Rp. 20 juta.

"Kami sebagai guru, tentu sangat bersyukur atas keberadaan PNPM Genarasi, yang bukan saja memperhatikan masalah kesehatan, tapi juga masalah lembaga pendidikan. Dan alangkah baiknya program ini terus berlanjut", katanya sambil tersenyum.

Menurut Hamdan, MTs-MT yang dipimpinnya, hingga saat ini masih kekurangan ruang kelas. “Kelompok belajar di MTs-MT ada tiga kelompok, sementara ruang kelas yang tersedia baru dua, jadi terpaksa satu ruangan diskat menjadi dua kelas”katanya.
Bantuan dari PNPM Generasi, akan ditambah dengan swadaya masyarakat, sebab bila diandalkan biaya dari PNPM, tentu tidak akan mencukupi untuk membangun ruangan kelas. “Bantuan yang masuk di sekolah ini telah kami sosialisasikan ke masyarakat mulai dari tingkat RT dan kepala dusun. Alhamdulillah sambutannya cukup baik dan siap berswadaya untuk menyelesaikan bangunan MTs-MT”, tambahnya.

Maiman, salah seorang guru MTs-MT mengatakan, selain bantuan tersebut, para guru swasta se Desa Sambik Elen, juga akan menerima honor dari PNPM Generasi. “Ternyata perhatian pemerintah terhadap guru swasta patut diacungkan jempol, buktinya, melalui PNPM Generasi, para guru swasta mendapat perhatian tersendiri, seperti pemberian honor untuk mereka”,jelas Maiman, seraya menambahkan bantuan yang sama juga diberikan ke MTs. Syifaunnufus NW Sambik Elen.

Selasa, 15 Juni 2010

Mengenang Pendirian MI-MT Yang Penuh Tantangan


Lombok Utara - Madrasah Ibtidaiyah Maraqitta’limat (MI-MT) yang terletak di Desa Anyar Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, merupakan sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang pertama di Bayan, yang pada awal pendiriannya penuh dengan tantangan.

Demikianlah yang terungkap, ketika melakukan dialog dengan beberapa tokoh Yayasan Maraqitta’limat Kecamatan Bayan, diantaranya H. Lalu Akar dan M. Saleh AM.


Sesuai dengan Akte Notaris MI-MT ini didirikan pada 1 Januari 1969, oleh beberapa tokoh masyarakat, yang pada awal berdirinya penuh dengan hambatan, terutama dari para penguasa saat itu yang kurang menerima , karena di anggap lawan politik. Maklum orientasi politik praktis yayasan Maraqitta’limat pada tahun itu, berorientasi ke politik Islam yaitu Masyumi.


Tantangan yang dihadapi, bukan saja datangnya dari para tokoh masyarakat yang kurang mendukung keberadaan lembaga pendidikan keagamaan di Bayan, namun juga datang dari para pejabat Muspika kedistrikan Bayan. Akibatnya pada saat peresmian Madrasah ini satupun pejabat dari kedistrikan tidak ada yang hadir, bahkan mereka tidak akan bertanggungjawab, bila terjadi sesuatu hal yang negatif.


Namun berkat tekad dan semangat yang membaja dari para pendiri Madrasah, serta didukung oleh pimpinan Yayasan Maraqitta’limat yang berpusat di Desa Mamben Lauq, Kabupaten Lombok Timur, TGH. M. Zainuddin Arsyad, sehingga madrasah inipun diresmikan tanpa kehadiran dari pihak kedistrikan yang waktu itu sebagai kepala distrik, R. Kertapati.


Untuk mengawali langkah pendiriannya, menurut H. Lalu Akar, mantan Ketua Cabang Yayasan Maraqitta’limat Kecamatan Bayan, menggunakan sebuah rumah warga beratap daun rumbia dan belum dipagar oleh pemiliknya yang berlokasi di Dusun Lendang Karang Desa Anyar. Dari rumah sederhana inilah para pendiri yang sekaligus bertindak sebagai pendidik atau guru, memulai langkahnya untuk mengumpulkan para siswa.



M. Saleh AM, salah seorang penggagas sekaligus pendiri MI-MT, Anyar menuturkan kisahnya, pada bulan mei 1967, dirinya pergi berusaha ke Bayan untuk membeli hasil bumi petani seperti bawang merah. Dan pada saat itu, sarana transfortasi memang masih sulit, sehingga dia harus menginap di Desa Anyar. Ketika malam tiba, M. Saleh AM, berkeliling melihat kehidupan warga. Namun pada saat itu, belum ada satu anakpun yang ditemukan belajar mengaji (membaca Al-Qur’an).



Melihat kondisi demikian, sehingga terbetiklah niatnya untuk mendirikan sebuah posko sebagai tempat mengajar anak-anak pendidikan agama, tepatnya di rumah Amaq Suarni. Setelah posko berdiri, beberapa anak datang untuk belajar membaca Al-Qur’an dan ilmu agama. Santri pertama yang diajar hanya beberapa orang, diantaranya, Zuhdi, Sahdan, Ahmad dan Husni.

Pada tahun 1968, posko yang dibuat oleh M. Saleh AM, ini tidak bisa lagi menampung para santri. Melihat antusias anak-anak cukup bagus, sehingga ia melakukan pertemuan dengan almarhum A. Sahdan untuk merencanakan pendirian madrasah. Perundingan inipun dilanjutkan dengan beberapa tokoh masyarakat, seperti, H. Lalu Akar, Amaq Arpini, Amaq Zainur dan A. Sahdan serta Bapak Ta’rah. Saat itu jumlah santrinya mencapai 60 orang. Ke 60 santri ini dibagi menjadi dua yaitu kelas Maba’ul Awal dan Maba’ust Tsani.


Setelah kesepakatan dicapai dengan para tokoh, kemudian M. Saleh AM, mengundang TGH. M. Zainuddin Arsyad untuk meresmikan madrasah yang didirikan pada akhir tahun 1968. Sayang, saat itu, oleh pihak Keliang, kepala desa dan distrik tidak diberikan ijin untuk meresmikan keberadaan madrasah tersebut.


Lalu mengapa madrasah tersebut tidak diberikan untuk diresmikan? Ini dikarenakan laporan dari pihak Keliang yang kala itu dijabat oleh Amaq Jumlah, bahwa bila madrasah didirikan di Kedistrikan Bayan, maka adat Bayan akan hancur. “Karena penilaian tersebut sehingga pihak kepala desa yang dijabat R. Nyakrowaji dan Kepala distrik R. Kertapati enggan meresmikan”, tutur M. Saleh AM sambil mengenang masa lalunya.


Karena undangan peresmian madrasah waktu itu sudah berjalan, lanjut M. Saleh, kendati dihadiri oleh beberapa tokoh, peresmianpun dilanjutkan tanpa kehadiran pihak Muspika. Setelah peresmian dilakukan, terjadilah keributan di tengah-tengah masyarakat antara yang pro dan kontra. Dan kondisi ini langsung dilsampaikan ke pimpinan yayasan Maraqitta’limat, TGH. M. Zainuddin Arsyad.


Mendengar laporan tersebut, TGH.M. Zainuddin Arsyad meminta kepada sekertarisnya H. Abdul Manan yang disaksikan oleh H. Farhan, membuat surat pengaduan ke beberapa pejabat propinsi NTB dan kabupaten Lombok Barat, seperti ke Gubernur, Bupati, Kodim dan Polres Lombok Barat. Dan dalam pengantaran surat tersebut M. Saleh tidak diperbolehkan berwakil, artinya harus diantar langsung kepada yang berhak menerimanya.

Surat yang ditandatangani langsung oleh TGH. M. Zainuddin Arsyad, pertama kali diantar ke Bupati Lombok Barat yang waktu itu dijabat oleh HL. Said. Waktu itu bupati Lobar heran terhadap larangan pendirian madrasah tersebut. “Sekarang ini kan ada Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), mengapa pendirian madrasah harus distop”, tutur M. Saleh menirukan ungkapan bupati Lobar.


Tanggapan yang sama juga datang dari pimpinan Kodim, Bapak Bayir dan gubernur NTB, Wasito. Dari kantor gubernur, M. Saleh pun melanjutkan perjalanan mengantar surat ke Polres Lombok Barat, Sunyoto. “Bahkan kepala kejaksaan yang kala itu dipimpin oleh Marzuki SH, mengajak saya untuk menindak orang-orang yang menyetop pendirian Madrasah Maraqitta’liat”, imbuh M. Saleh kelahiran 30 Juni 1940 ini.


Masih menurut M. Saleh, sebagai penguat pendirian madrasah tersebut, adalah salah seorang anggota kepilisian yang kebetulan dinas di kecamatan Bayan yaitu Mujiono. Beliau mendorong terus para tokoh agama untuk melanjutkan pembangunan madrasah sebagai tempat mendidik genarasi penerus bangsa.


Seminggu kemudian, tanggapan surat yang dikirim oleh TGH. M. Zainuddin Arsyadpun mendapat tanggapan dari beberapa pejabat, mulai dari gubernur NTB, Bupati, Kodim dan Polres Lombok Barat, meminta kepada Muspika Bayan untuk segera meresmikan pendirian MI Maraqitta’limat di desa Anyar.


Setelah surat tanggapan itu berdatangan, wakil camat Bayan yang ketika itu H. Lalu Hasan mendatangi pihak pengurus yayasan dan menanyakan tentang peresmian madrasah tersebut. Namun oleh pihak pengurus seperti H. Lalu Akar, tetap menjawab dengan tegas bahwa kalau madrasah tersebut sudah diresmikan tanpa kehadiran Muspika kecamatan Bayan.


Melihat kondisi demikian, salah seorang pengurus yaitu Amaq Sayuti kembali menemui TGH.M. Zainuddin Arsyad untuk memohon kehadirannya pada peresmian MI Maraqitta’limat yang ke dua kali, karena pihak Muspika sudah siap menghadiri acaranya.


Tepat tanggal 1 Januari 1969 Acara peresmian pun kembali digelar dengan dihadiri beberapa pejabat di tingkat kecamatan serta dua utusan dari TGH.M. Zainuddin, yaitu almarhum TGH. Manan dan TGH. Abu Bakar.


Rintangan dan tantangan datang silih berganti, yang seolah-olah tiada henti. Mengapa tidak dikala madrasah ini sudah berjalan, tentu tantangan utamanya adalah masalah pendanaan, sehingga pihak pengurus pun harus mengambil langkah-langkah pasti. Kebijakan yang diambil saat itu, setiap warga yayasan Maraqitta’limat dan simpatisannya, dikenakan setiap bulan Rp. 1000. Hal inipun mendapat tantangan yang cukup berat, karena banyak pihak menilai bahwa apa yang dilakukan oleh pengurus ini adalah salah satu bentuk pungutan liar (pungli).


Namun syukurlah ketika tantangan itu datang, ternyata ada jalan keluarnya. Dan pada saat itu datanglah camat Gangga yang ketika itu dijabat oleh HL. Iskandar (al-marhum) yang juga mantan bupati Lombok Barat, memberikan pengertian kepada beberapa pejabat di tingkat kecamatan Bayan, bahwa pendidikan dibawah naungan yayasan swasta akan dibiaya oleh jama’ahnya. Jadi apa yang dilakukan oleh pihak pengurus itu sudah benar, bukan termasuk katagori pungli.


Selesai persoalan yang satu timbul lagi persoalan baru, dimana ketika itu MI-Maraqitta’limat masih bergabung dengan SDN 1 Desa Anyar. Yaitu siswa SD masuk pagi dan siswa MI masuk sore. Dan ketika itu sudah berjalan, ternyata muncul lagi aturan pemerintah, bahwa setiap sekolah dibawah pengawasan pemerintah diharuskan masuk pagi. Dan tentu saja aturan ini membuat pengurus MI-MT menjadi bingung, karena sebagian besar siswa yang dididik adalah siswa SD. “Dengan keluarnya aturan tersebut, pengurus yayasan harus mencari murid baru, karena siswa yang dididiknya didrop oleh SD 1 Anyar”, tutur H. Lalu Akar, yang juga mantan kepala KUA Kecamatan Bayan.


Menanggapi persoalan tersebut, TGH. M. Zainuddin Arsyad, meminta kepada setiap jama’ah Maraqitta’limat agar menyekolahkan anaknya di madrasah. Dan seruan inipun diikuti oleh jama’ah, sehingga MI-MT mendapat siswa untuk dididik. Seiring dengan perkembangan madrasah ini, salah seorang donator, Lalu Dahim ayahanda H. Lalu Akar mewaqafkan sebidang tanahnya sebagai tempat membangun gedung madrasah yang hingga sekrang ini masih berdiri tegak di tanah wakaf tersebut.


Kendala demi kendala terus dihadapi dengan penuh ketabahan oleh para pengurus yayasan Maraqitta’limat Desa Anyar. Dan Alhamdulillah MI MT yang pertama berdiri di kecamatan Bayan ini tetap berjalan hingga sekarang dengan satu harapan agar para pengurus yayasan dan para guru untuk lebih agresif lagi membangun dan mengembangkan pendidikan yang ada.
Pengurus boleh berganti, namun semangat perjuangan harus tetap dijunjung tinggi, hingga pada saatnya satu demi satu para pengurus ini meninggalkan dunia yang fana, untuk kembali kehadapan Rabbul Izzati.


Perjuangan Bapak Arpini, Bapak Ta’rah, Amak Sayuti, M. Saleh, AM, M. Saleh, HL. Akar, Mujianto, L. Dahim, dan puluhan tokoh lainnya yang kini sebagiannya sudah tiada, tidak boleh dilupakan oleh para generasi muda. Jadikanlah pengalaman para tokoh ini pelajaran yang berharga bagi kita semua. Ingatlah perjuangan kita masih panjang. Selamat Berjuang Kawan. Semoga para pendiri lebih khusus TGH. M Zainuddin Arsyad bersama pejuang di yayasan Maraqitta’limat yang sudah kembali menghadap Allah SWT, diampuni segala dosa dan diberikan tempat yang layak disisi-Nya. (Hasil Liputan Sabran dan Ari Primadona)



Minggu, 13 Juni 2010

Sejarah Hidup TGH.M. Zainuddin Arsyad (Bagian 3)

Oleh : Adlan Mamnun

Menerima Cemohan Dengan Sabar

Sepulang dari Makkah Al-Mukkaromah, Ustadz H.M. Zainuddin Arsyad menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, hampir setahun lamanya. Dan untuk memudahkan dalam pergaulannya di Desa Mamben Lauq, beliau sering menggunakan bahasa isyarat.

Akibatnya, muncul asumsi sebagian orang saat itu, yang menganggap Tuan Guru Bajang ini sengaja menggunakan bahasa Arab. Dan tidak sedikit juga yang mencemohkan bahkan mengejek beliau. Namun semua itu ditemia dengan penuh lapang dada dan kesabaran. Sebab bagi dirinya, hal itu bukan unsur kesengajaan, namun karena bahasa sehari-hari, ketika beliu bermukim di tanah suci.

Setelah hampir satu tahun menetap di Desa Mamben, akhirnya bahasa daerahpun mulai digunakan sedikit demi sedikit, sehingga lambat laun menjadi lancar.

Membantu Orang Tua Berdakwah

Melihat kesibukan orang tuanya, TGH.M.Arsyad sibuk dalam melakukan dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat, maka terbetiklah niat sucinya untuk membantu sang orang tua tercinta dalam menjalankan misi dakwah. Misinya ini diawali dengan mendirikan sebuah tempat pengajian atau majlis ta’lim. Di tempat inilah, Ustadz H.M. Zainuddin Arsyad mulai mengajar membaca Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama, seperti fiqih, bahasa Arab, Tauhid, Tafsir dan lain-lainnya.

Melihat kegigihan putranya dalam mensyi’arkan Islam, TGHM. Arsyad tentu sangat bersyukur kehadhirat Allah SWT. Bahkan tuan guru muda ini sering mengganti sang orang tua untuk memberikan ceramah-ceramah agama kepada jama’ahnya. Biasanya saat itu, khususnya masyarakat Desa Mamben Lauq, sering mengundang penceramah atau tuan guru dari Masbagik.

Namun setelah pulang dari tanah suci, beliau rutin mengisi ceramah agama di Mamben Lauq dan sekitarnya, sampai beliau diberi gelar oleh jama’ah adalah Tuan Guru Bajang. Hal ini didasari oleh penilaian jama’ah, karena beliau dipandang memiliki kecakapan ilmu khususnya di bidang Agama Islam.

Gelar Tuan Guru, khususnya di Lombok, merupakan sebuah gelar yang diberikan oleh masyarakat, bukan karena pendidikannya yang tinggi, namun karena dinilai telah banyak menguasai ilmu-ilmu agama Islam. Dan gelar inipun tidak diberikan pada sembarangan orang.

Menyebarkan Syi’ar Islam

TGH. M. Zainuddin Arsyad, selain diekenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang pada masa itu, dia juga dikenal sebagai pensyi’ar agama Islam di Pulau Lombok.

Salah satu jasa besar yang ditinggalkan bagi jama’ah adalah, keberhasilan beliau mendirikan sebuah organisasi keagamaan, yang kemudian dikenal dengan nama Yayasan Pondok Pesantren Maraqitta’limat, yang berarti tangga pendidikan.

Dalam menjalankan misi dakwah, beliu mengawalinya dari wilayah pesisir pantai Pulau Lombok, terutama bagi penduduk yang dianggap terisolir dan jauh dari dakwah Islam, bila dibandingkan dengan wilayah perkotaan.

Menurut Putra beliau, TGH. Hazmi Hamzar, kegiatan dakwah yang dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan kepada masyarakat pesisir mulai dari ujung timur (Kabupaten Lombok Timur-red) hingga ke pesisir utara Pulau Lombok, seperti Bayan, Panggung hingga Sidutan, Kabupaten Lombok Utara.

Dari pesisir wilayah Utara, beliau melanjutkan misi dakwahnya ke Selatan, tepatnya di Bongor Kabupaten Lombok Barat.

Beberapa tokoh masyarakat menuturkan, disamping beliau menggunakan metode pendekatan, juga misinya ini diiringi dengan berdagang keliling, menelusuri pinggir pantai di Pulau Lombok. Selain itu strategi yang dikembangkan adalah menghargai adat dan kebiasaan masyarakat setempat. Artinya tidak serta merta menghapus atau melarang adat dan kebiasaan masyarakat, kendati dinilai bertentangan dengan ajaran Islam.

Kebiasaan masyarakat yang dimaksud adalah meminum-minuman keras, seperti tuak, Berem atau sejenisnya. Kebiasaan lainnya yang dilakukan oleh masyarakat adalah membunyikan gamelan, walaupun waktu sholat tiba.

Beliu maklum, bahwa tempatnya berdakwah adalah orang-orang yang masih buta dalam ajaran agama Islam. Begitu juga dengan adat-istiadat yang masih kuat dipegang teguh oleh masyarakat seperti Wetu Telu di Bayan.

Dalam perjalanannya, beliau selalu melakukan silaturrahmi kepada para tokoh, baik tokoh adat yang dituakan oleh masyarakat setempat, maupun tokoh-tokoh agama. Beliu pertama-tama mengajarkan tentang keimanan kepada Allah SWT. Barulah setelah itu jama’ahnya diajarkan cara-cara beribadah.

Jujur, sopan dan santun serta dengan penuh kesabaran, berusaha memberikan pemahaman terhadap para santrinya. Pelan namun pasti, berkat kegigihannya dalam menjalankan misi dakwah ini, lambat laun banyak masyarakat yang sadar akan dirinya, bahwa bahwa kehidupan yang jauh lebih kekal dan abadai adalah kehidupan akhirat.

Satu contoh misalnya, beliu memperbolehkan masyarakat membunyikan alat-alat musik tradisional seperti gamelan. Namun beliu menyarankan, ketika tiba waktu sholat, bunyi-bnyian tersebut dihentikan, dan berkumpul menunaikan sholat secara berjama’ah.

Cara seperti ini, tidak jauh berbeda dengan misi dakwah yang dilakukan oleh para Wali Songo di Pulau Jawa. (bersambung…..)

*)Penulis adalah Pimpinan Cabang Yayasan Maraqitta’limat Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Editor: M.Syairi (Kontributor Suara Komunitas.net)

Sejarah Hidup TGHM. Zainuddin Arsyad (Bagian 2)

Oleh : Adlan Mamnun *)

Dimimpikan Ibu Angkat

Setelah tinggal beberapa lama di kota Makkah Al-Mukarromah, Zainuddin tentu sewaktu-waktu merindukan kampung halamanya. Demikian juga dengan sang ibu angkat beliu. Bahkan suatu malam, Inaq Ismail yang mengasuhnya sejak kecil memimpikan Zainuddin yang sedang menimba ilmu di kota suci, sedang ayik bermain layang-layang. Namun tiba-tiba benang layang-layang yang dipegangnya putus. Dan layang-layang itupun terbang sangat tinggi.

Mimpi yang sama dialami oleh sang ibu angkatnya ini berulang sampai tiga kali. Dan muncullah rasa kasih sayang sekaligus kekhwatiran terhadap anak yang diasuhnya sejak kecil. Perasaan tidak tenang, hatipun melayang memikirkan apa takwil dari mimpinya itu. Mungkinkah itu hanya sebuah mimpi belaka atau memang ada tabir dibalik mimpi yang terjadi berulang kali itu.

Karena merasa cemas dan tidak tahan, akhirnya mimpi itupun diceritakan kepada sang suaminya Amak Ismail. Dan tentu saja sang ayah angkatpun tidak mampu mentakwilkan mimpi sang istri, sehingga apa yang menggangu pemikirannya saat itu diceritakan langsung kepada ayah Zainuddin yaitu TGHM. Arsyad.

Mendengar cerita mimpi dari ibu angkatnya ini, TGHM. Arsyad membuat sepucuk surat untuk dikirim ke anak belahan jiwanya di Makkah Al-Mukarromah, yang isinya menanyakan tentang kabar berita di Makkah.

Selang beberapa hari, surat balasanpun dikirim oleh Zainuddin kepada keluarga di Mamben Lauq. Dalam surat balasannya beliu menceritakan, bahwa baru saja dirinya mengalami sebuah musibah, yaitu jatuh dari sebuah tangga bangunan dari lantai atas. Namun kejadian yang menimpa dirinya tidak sampai mengalami luka parah, kecuali beberapa anggota tubuhnya yang masih merasa sakit.

Musibah yang menimpa diri Zainuddin tidak mengendurkan semangat dan tekadnya untuk terus belajar dan mendalami ilmu agama, hingga tanpa terasa beliu sudah tinggal di Makkah selama 20 tahun, dan menunaikan ibadah haji, sehingga nama beliu dikenal dengan TGH. Muhammad Zainuddin Arsyad.

Kembali Ke Kampung Halaman

Sekitar tahun 1938, dimana ketika itu bangsa Indonesia masih dijajah oleh Belanda, TGHM. Zainuddin Arsyad, memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Desa Mamben Lauq, setelah bermukim selama kurang lebih 20 tahun di kota Makkah.

Usia beliu ketika itu masih terbilang remaja yaitu 26 tahun. Selama Tuan Guru muda ini berada di tanah suci, disamping memperdalam ilmu agama Islam, juga memperdalam ilmu bahasa Arab atau Nahu Sharaf, lebih-lebih bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari hari adalah bahasa Arab. Selain itu, beliau juga belajar ilmu tafsir, tashawwuf, tauhid, fiqih dan ilmu-ilmu lainnya.

Dengan penguasaan bahasa Arab serta lamanya bermukim di Makkah, membuat sosok Tuan Guru muda atau dikenal dengan Tuan Guru Bajang ini melupakan bahasa asal kelahirannya. Tidak heran, ketika beliu baru pulang dari Makkah, bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarga dan tetangga adalah Bahasa Arab.

Al-marhum TGH. Abdul Manan, pernah menuturkan, sepulang TGH.M. Zainuddin Arsyad dari Makkah, bahasa komunikasi yang digunakan adalah bahasa Arab, baik terhadap teman maupun terhadap para tamu yang berkunjung ke rumahnya.

Melihat bahasa komunikasi yang demikian, membuat keluarganya waktu itu, sedikit agak bingung, karena sebagian teman dan sahabatnya tidak mengerti apa yang diungkapkan oleh beliau. Dan hal inilah yang menimbulkan sedikit miskomunikasi. Dan konon kebiasaan menggunakan bahasa Arab dalam berkomunikasi sehari hari berlangsung hingga berbulan-bulan. (bersambung....)

*)Penulis adalah Pimpinan Cabang Yayasan Maraqitta’limat Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Editor: M.Syairi (Kontributor Suara Komunitas.net)

Sabtu, 12 Juni 2010

Terong Ajaib Bertuliskan Allah Ditemukan


Lombok Utara - Aneh tapi nyata, sebuah keajaiban Tuhan ditunjukkan melalui sebuah terong yang di dalamnya bertuliskan huruf Al-Qur’an (Allah-red).

Kejadian tersebut bermula dari salah satu warga Dusun Terengan Timur, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, KLU, Diniah (30) pada tanggal 9 Juni 2010 lalu membeli terong untuk keperluan sayur sehari-hari. Terong yang dibeli di pasar desa setempat sebanyak 5 buah, kemudian terong yang sudah dibeli tersebut dibelah dengan maksud untuk dijadikan sayur, tapi setelah dibelah terlihat ada tulisan Al- Qur’an bertuliskan Allah. Namun karena terong tersebut rusak akibat dibelah sehingga tulisan tersebut tidak terlalu kelihatan.

Keesokan harinya ia (Diniah-red) kembali membeli 5 buah terong untuk dijadikan sayur lalapan (rusu bahasa sasaq Dayan Gunung (KLU)-red) seperti biasa ia kembali membelah salah satu terong tersebut, untuk dijadikan sayur makan siang, namun alangkah kagetnya terong yang dibelah tersebut kembali ditemukan tulisan Al-qur’an bertuliskan Allah.

Kini Dusun Terengan Timur pun santer dibicarakan bahkan hampir semua dusun sekitar beramai-ramai berkunjung ke rumah Diniah untuk melihat langsung terong yang bertuliskan huruf al-Qur’an tersebut. Tak hanya warga biasa saja, berdasarkan keterangan warga sekitar, Wakil Calon Bupati KLU terpilih, H. Najmul Ahyar juga menyempatkan diri untuk melihat langsung penemuan terong ajaib tersebut.

Informasi yang berhasil dihimpun Suara Komunitas di lokasi, satu minggu sebelum penemuan terong ajaib tersebut, Dian putri dari Diniah yang masih duduk di bangku Tsanawiyah di salah satu Pondok pesantren (Ponpes) di KLU bermimpi melihat tulisan Allah di langit, mimpinya itu kemudian diceritakan kepada kedua orang tuanya, jarak satu minggu kemudian barulah penemuan terong ajaib ditemukan oleh ibu kandung Dian yang kini ramai dibicarakan masyarakat.

Kini Diniah dan suaminya Hamdi Kamil berniat untuk mencari bahan pengawet untuk terong ajaib tersebut dengan maksud agar dapat bertahan lama. (Adam Gita Swara FM)

Siswa Berpuasa Sebagai Tanda Syukur

Lombok Utara - Sebagai wujud rasa syukur Kepada Allah SWT, atau kelulusannya pada ujian nasional, 11 siswa Madrasah Tsanawiyah Maraqitta’limat (MTs-MT) Dusun Lenggorong Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, menggelar puasa nazar selama tiga hari.

“Para siswa bernazar, kalau lulus ujian akan melakukan ibadah puasa selama tiga hari serta melakukan ziarah makam ke beberapa tempat dui Lombok Timur, seperti ke makam almrhum TGKH. Muhammad Zainuddin Abul Madjid (pendiri NW) di Pancor, makam almarhum TGHM. Zainuddin Arsyad (Pendiri Yayasan MT) di Mamben dan makam Selaparang”, tutur Hamdan, Kepala MTs-MT Lenggorong.

Dan berkat nazar para siswa ini, lanjut Hamdan, semuanya lulus seratus persen, dan ini merupakan sebuah prestasi yang perlu dipertahankan pada tahun-tahun mendatang.

Hamdan menambahkan saat ini, MTs-MT, kembali menerima siswa-siswi baru tahun pelajaran 2010/2011. “Jadi para orangtua khususnya di Desa Sambik Elen, yang memiliki anak tamatan SD atau MI, sudah bisa mendaftarkan anaknya ke MTs-MT setiap hari”, harapnya

Sejarah Hidup TGHM. Zainuddin Arsyad (Bagian 1)

Oleh : Adlan Mamnun *)

Masa Kecil
TGH. Muhammad Zainuddin Arsyad lahir sekitar tahun 1912 di Desa Mamben Lauq, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur-NTB. Ayah beliau bernama TGH. Arsyad, yang saat itu menjadi penghulu (tokoh agama. Dan ibunya bernama Inaq Makenun. Kehidupan keluarga beliu cukup sederhana dan agamis.

Seperti kebanyakan anak lainnya, beliu tumbuh dan berkembang secara wajar. Dari masa kanak-kanak, Zainuddin kecil dalam pergaulannya sehari-hari selalu mencerminkan sifat-sifat terpuji, hormat terhadap orang yang lebih tua, dan sopan kepada sesama. Tidak heran, ketika masa kecilnya banyak orang yang saying pada dirinya.

Karena mendapat pendidikan agama sejak dini, membuat sifat dan sikap kepemimpinannya sudah mulai nampak terutama dalam pergaunlannya sehari-hari, sesuai dengan ajaran agama Islam yang diyakini kebenarannya.

Menjadi Anak Angkat
Ketika usia Zainuddin menginjak empat tahun, beliu diasuh oleh Amak Ismail dan Inaq Isah yang sekaligus sebagai orang tua angkatnya. Karena pada saat itu, kedua pasangan ini, belum dikaruniai seorang anak. Kendati demikian, Zainuddin kecil sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

Kendati berada dalam buaian dan belaian kasih sayang orang tua angkat, tidak serta merta beliu di lepas begitu saja oleh TGH. Arsyad. Dengan penuh rasa kasih sayang, beliu dididik dengan ajaran agama. Sehingga orang tua beliu perperan ganda, yaitu disatu sisi sebagai orang tua, dan disisi lain sebagai sosok guru yang sangat dihormati.

Mendapat pendidikan dari sang ayah yang cukup disiplin, membuah sosok Zainuddin kecil cukup cerdas, jujur, rendah hati baik budi pekertinya dan semakin nampak jiwa kepemimpinannya, walaupun diusia yang masih belia.

Menuntut Ilmu ke Negeri Makkah
Ketika Zainuddin menginjak usia 6 tahun, atau sekitar tahun 1920, sang ayah dan bunda memutuskan untuk mengirim anaknya ke Makkah Al-Mukarromah untuk menuntut ilmu agama. Keberangkatan beliu menuju Makkah didampingi oleh ayahanda TGH. Arsyad, Konon, beliu sempat digendong oleh orang tuanya ketika berangkat. Setelah mendapat pondokan di Makkah, barulah sang ayah kembali ke tanah air.

Di usia 6 tahun dan tinggal bersama orang-orang yang belum begitu dikenalnya, hidup jauh dari kampung halaman, sanak dan saudara, merupakan sebuah pengalaman yang cukup berharga. Pada masa usia belia seperti itu, sebenarnya masih membutuhkan bimbingan dan dampingan dari orang tua. Namun berbada dengan Zainuddin, masa-masa senangnya bermain harus berpisah sementara dengan semua orang yang dicintainya.

Di Makkah Al-Mukarromah beliu mondok di rumah salah seorang Syeikh Ali Mukminah dan menuntut ilmu di Madrasah Darul Ulum. Salah seorang guru beliau adalah Syeikh Muhammad Basuni Asy-Syafi’I, yang masih keturunan silsilah dari Imam Syafi’i. Berket ketekunan dan keuletannya menuntut ilmu, sehingga diusianya yang masih katagori belia itu mampu menghafal 30 juz Al-Qur’anul karim. (bersambung….)

*)Penulis adalah Pimpinan Cabang Yayasan Maraqitta’limat Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Editor: M.Syairi (Wartawan Suara Komunitas.net)

Selasa, 08 Juni 2010

Djohan, Siap Merajut Perbedaan

Oleh: *)Adam Gita Swara FM Lombok Utara

Meski rapat pleno dan pengumuman resmi pemenang dalam pemilukada KLU oleh KPU belum dilakukan, namun sebagian besar survey dan penghitungan yang dilakukan secara manual oleh beberapa pihak menilai kemenangan itu akan diraih oleh pasangan nomor Urut 2 yakni JONA (Djohan – Najmul).

Hingga berita ini diturunkan prosentase perolehan suara yang direkap Tim Jurnalis Radio Komunitas KLU paket JONA masih menduduki peringkat tertinggi yakni 45 persen, kemudian disusul paket SUBUR 37 persen, Rifa’I – Syarif 11 persen dan Paket JAKA 6 persen.

Lantas apa yang akan dilakukan Djohan dalam menyikapi kemenangan ini? Suara Komunitas Selasa (8/6) kemarin di JONA Centre mengatakan, Insya Allah kalau paket JONA ditakdirkan terpilih dalam pemilukada KLU hal utama dan harus dilakukan adalah merajut segala perbedaan di setiap lini masyarakat KLU secara utuh dan membangun komunikasi secara intens baik itu dengan semua tokoh, pejabat maupun lapisan masyarakat,“ katanya.

Tapi perlu kita garis bawahi, proses pilkada masih belum final, kita masih harus menunggu keputusan dari KPU selaku konstitusi penyelenggara pilkada KLU, semua tahapan dan proses yang akan dilakukan penyelenggara harus kita taati dan jalani, “ jelasnya.

Selain itu hal penting yang harus difikirkan sejak dini soal keberadaan KLU sebagai kabupaten baru banyak proses pembangunan yang harus dibenahi termasuk persoalan infrastruktur perkantoran dan jalan yang hingga saat ini masih menjadi kendala. Selain itu kita akan sesegera mungkin menyusun rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang yang tetap mengacu pada visi-misi yang sudah tertuang sebelumnya.

Semua proses pembanguan di KLU serta visi-misi yang sudah tersusun itu akan dapat kita capai dan laksanakan jika kita bersatu secara utuh, dalam proses pilkada tidak ada istilah menang dan kalah, semua kandidat adalah bagian masyarakat KLU, jadi komunikasi dan kebersamaan harus tetap terbangun dalam membangun KLU. Suasana kekeluargaan dan kekerabatan adalah modal utama, tapi kalau sebelumnya ada suhu politik yang meningkat itu adalah hal yang sudah biasa,“ katanya.

Disinggung tentang PNS maupun Penjabat KLU yang sebelumnya tidak memberikan dukungan? Sejak awal kita pernah katakan silahkan memberikan dukungan pada siapa pun saja asalkan jangan membuat kelompok-kelompok di tengah birokrasi pemerintahaan.

Apa sikap yang akan diberikan terhadap PNS tersebut? Selama mereka memiliki potensi susuai dengan bidang yang ada tentu akan tetap kita pakai, karena semua masyarakat KLU memiliki sumbangsih untuk membangun Dayan Gunung, jadi silahkan bekerja dengan tenang,“ tambah Djohan bijak. (*) (www.suarakomunitas.net)

Pasangan JONA Unggul Dalam Pemilukada KLU

Lombok Utara - Pemilukada Lombok Utara, yang dijelar 7 Juni 2010, pasangan H. Djohan Sjamsu SH, dan H. Najmul Akhyar SH.MH. (JONA) mampu mengungguli tiga pesaingnya. JONA didukung oleh organisasi keagamaan terbesar di pulau Lombok, seperti Nahdlatul Wathan (NW) dan Yayasan Maraqitta'limat.

Untuk sementara pasangan calon bupati dan wakil bupati KLU, Djohan Sjamsu – Najmul Ahyar, paket (JONA) masih unggul dan mamapu meraih suara sebanyak 51.125 suara, urutan kedua di tempati Subartono – R. Nurjati paket (SUBUR) dengan jumlah suara 42.416 suara, urutan ketiga di tempati pasangan Rifa’I – Sarif (RISA) sebanyak 12.687 suara sedangkan yang terakhir di tempati pasangan Jasman Hadi – M. Katur (JAKA) dengan perolehan suara sebanyak 6.402 suara.

Sedangkan perolehan suara perkecamatan untuk pasangan JAKA di Kecamatan Pemenang 2.152 suara, Kecamatan Tanjung, 687 suara, Gangga 557 suara, Kayangan 889 suara, dan kecamatan Bayan 2.117 suara. Pasangan JONA kecamatan Pemenang 9.036 suara, Tanjung 13.667 suara, Gangga 13. 021 suara, Kayangan 7. 269, Bayan 8.132. Paket SUBUR Kecamatan Pemenang 2.902, Tanjung 8.613, Gangga 8.118, Kayangan 10.875 suara, Bayan 11.908 suara. Paket RISA Kecamatan Pemenang 2. 682 suara, Tanjung 3.295 suara, Gangga 2. 314 suara, kayangan 3.165, Bayan 1.231 suara. Suara sah sementara yang terpakai sebanyak 112.630 suara dari total DPT se KLU sebayak 140.593 suara.

Sementara Divisi sosialisasi KPUD Lobar, Suhardi SIP, di konfirmasi terkait data diatas mengatakan, pihak KPUD hingga saat ini belum ada entry data hasil perolehan suara dari semua calon, dan secara resmi hasil tersebut akan di umumkan setelah rapat pleno KPU hari Sabtu mendatang, tapi sebelumnya KPU juga akan tetap melakukan beberapa tahapan sebelum rapat pleno di selenggarakan, yakni setelah hari pencoblosan proses selanjutnya adalah penyerahan tong suara serta semua berita acara dari KPPS ke PPK melalui PPS, kemudian tanggal 8 hingga 10 juni mendatang akan melakukan rapat pleno penetapan di tingkat kecamatan kemudian baru pada tahap pleno KPU di tingkat Kabupaten.
“ Jika saat ini sudah ada data perolehan itu silahkan saja, tapi secara prosedural KPU belum ada menerima dan belum mengeluarkan hasil validnya sebelum tahapan dan proses di lakukan, “ tandasnya. (Adam/Ari)